Wednesday, June 20, 2018

KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA - LATAR BELAKANG DAN PROSES


KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA


LATAR BELAKANG LAHIRNYA NU

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain, dalam memenuhi kebutuhan hidup termasuk untuk mewujudkan suatu cita-cita manusia tidak akan bisa mendapatkan dengan seorang diri tanpa bantuan oarng lain. Oleh karena itu suatu keharusan dalam berjuang untuk mewujudkan cita-cita harus dirintis terlebih dahulu suatu kerja sama dengan berbagai pihak yang satu sama lain bisa saling membantu.
Para ulama indonesia memiliki cita-cita luhur yaitu untuk menjaga kelestarian ajaran islam Ahlussunnah Wal Jam’ah di Indonesia. Karena mereka yakin bahwa ajaran islam yang dibawa oleh para Wali Songo dengan cara aman damai tanpa kekerarasan ini patut untuk dijaga kelestariannya dan selalu dipertahankan strategi dan metode penyampaian dakwahnya. Hal ini terbukti karena dari sekian cara dakwah islam di seluruh dunia hanya indonesialah yang berhasil dengan baik tanpa menggunakan kekerasan. Hal ini sepenuhnya disadari oleh para ulama pengasuh pesantren ketika mereka harus meningkatkan perjuangannya untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi dan menolak bahaya yang mengancam terhadap terwujudnya cita-cita yang dimaksud.
Pada awal bad XX di negeri Hijaz (Makkah-Madinah) terjadi perpindahan kekuasaan ke tangan Raja Ibnu Sa’ud yang menganut faham Wahabi. Mereka memaksakan kehendak agar ajaran-ajaran Wahabi diterapkan di kota suci umat islam itu. Padahal mayoritas umat islam tidak membenarkan ajaran mereka terutama larangan membaca Barjanji, rencana pembongkaran makam-makam pahlawan Islam, melarang bermadzhab, melarang memohon berkah kepada nabi atau syekh, wali, guru maupun malaikat.
Apa yang berlaku di hijaz sangat besar pengaruhnya bagi dunia Islam termasuk umat Islam di Indonesia. Karena itu para ulama pengasuh pesantren merasa keberatan jika ajaran-ajaran tersebut diterapkan di Hijaz. Semua usul keberatan para ulama ini akan disampaikan melalui delegasi kaum muslimin Indonesia yang akan menghadiri Kongres Khilafah di Makkah atas undangan raja Ibnu Sa’ud. Karena para ulama pesantren tidak terwakili dalam delegasi itu maka mereka membentuk komite tersendiri untuk menyampaikan keberatan kaum muslimin Indonesia terhadap program Raj Ibnu Sa’ud yang diberi nama Komite Hijaz.
Kehadiran bangsa barat denngan budaya dan keyakinan yang bertentangan ajaran Islam merupakan bahaya dan musush besar yang harus dilawan,karena hal ini benar-benar mengganggu terhadap kelancaran dakwah para ulama dalam mewujudkan cita-citanya.
Usaha penjajah Belanda sejak pertama masuk Indonesia tahun1596 dalam upaya menguasai Indonesia telah mendapat perlawanan sengit dari rakyat Indonesia dan raja-raja Islam yang ada di Nusantara, perlawanan itu semuanya dapat dikalahkan oleh Belanda kecuali Aceh yang tidak pernah dapat dikalahkan. Kekalahan itu dikarenakan kekuatan raja-raja dan ulama pesantren serta rakyat belum diorganisir dengan baik. Sehingga kekuatan mereka terpecah dan selalu dipecah belah oleh Belanda dengan cara mengadu domba antara satu dengan yang lain.
Melihat keadaan yang sangat memperihatinkan ini, maka para ulama tampil kedepan memberikan sikap yang tegas dengan menganggap Belanda itu kafir. Sikap tegas itu terwujud dalam beberapa pernyataan sebagai berikut :
  1. Tidak mau kerja sama dengan Belanda (Non-Kooperatif)
  2. Menyingkir ke pelosok-pelosok dengan mendirikan pesantren-pesantren dengan tujuan mempertahnakan keislaman penduduk dan mengobarkan semangat anti Belanda


No comments:

Post a Comment

Benner Study Tour TK dan KB Darul Ulum Medali

 Benner Study Tour TK dan KB Darul Ulum Medali Design By : Melon Multimedia Pelaksanaa        : 18 April 2019 Lokasi      ...